Rabu, 06 Februari 2008

Jalan Kenangan Jul Murah


Jul Murah adalah dua nama yang digabungkan. Dua wanita inspiring. Sederhana namun pasti. Jul sore itu mengenakan rok berwarna merah dengan hiasan bola-bola putih dengan atasan kemeja garis-garis. Cukup semarak. Setiap sore, aku melintasi jalan panjang kenangan menuju tempatku berteduh. Sore, kurang lebih antara pukul 16.30-17.00 WIB


Aku melewati jalan itu, dan tanpa sadar secara rutinitas aku menyapanya dengan membunyikan klakson motorku. “Jul!” kulambaikan tanganku saja, sambil terus melintas. Aku dan Jul tidak pernah berdialog secara terbuka dan lama padahal Jul sering main kerumahku setiap hari Minggu, karena disanalah ia belajar agama. Belajar dengan Kakakku. Dan aku juga terlalu sibuk, sehingga lupa menyapa Jul.

Kini Jul, dulu Mbak Murah. Mbak Murah adalah wanita yang juga naik sepeda. Keduanya mampu naik sepeda sejauh 20-25 km bahkan lebih. Wanita yang kuat untuk jaman sekarang. Uniknya, merekalah yang ”menemani” sore-sore ku, rutinitas sepulang kerja atau pun mau pergi kerja menyusuri jalan kenangan, Jl. Arteri Supadio. Mbak Murah, sewaktu aku pulang sering ku pegang tangannya, menariknya dengan sepeda yang dia tumpangi dan aku dengan motorku.


Kini, Mbak Murah jarang kutemui, wanita yang Tuhan anugerahi fisik yang sederhana ini entah dimana sekarang. Aku teringat dulu mbak Murah pernah punya harapan, ingin menikah. Tapi entah lelaki mana yang kan melamarnya. Yang aku sesalkan adalah kenapa aku hanya menyapa bukannya berbincang. Maafkan aku Jul dan Murah, aku menyayangi kalian dalam kesederhanaan. Semoga Alloh menyayangi kalian dalam kemewahan.


Tidak ada komentar: